TURUNNYA AL-QUR’AN DENGAN
TUJUH HURUF
Diajukan sebagai Tugas
Terstruktur
Mata Kuliah Pengantar
Studi Al-Qur’an
Dosen Pengampu : H. Jajang
Aisyul Muzakki, M.Pd.I
Disusun Oleh :
1.
Haris ibnu Muttaqin ((1414112076)
2.
Syaefudin (1414111055)
3.
Galuh Hendana Ahadan (1414112074)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN
KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM / 1-B
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI
CIREBON
2014
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Al-Qur’an merupakan kitab yang paling sempurna
yang diturunkan oleh Allah SWT. Kepada Nabi Muhammad SAW. Melalui Malaikat
Jibril yang bertujuan untuk memberikan petunjuk kepada umat islam. Al-Qur’an
diturunkan tidak secara langsung, namun diturunkan secara berangsur-angsur. Hal
ini disebabkan untuk mempermudah Nabi dalam penerimaanya dan di samping itu
juga banyak faktor yang mempengaruhi kenapa Al-Qur’an diturunkan secara
berangsur-angsur.
Pada pembahsan Uluml Qur’an ada beberapa poin yang
menjelaskan bahwa Al-Qur’an diturunkan atas tujuh huruf dan hal ini banyak
diperdebatkan oleh para ulama mengenai maksud dari tujuh huruf, dalil-dalil
yang menunjukan akan hal tersebut serta hikmah yang terkandung di dalamnya. Banyak
ulama yang berupaya untuk menjelaskannya, baik di masa lampau maupun di masa
sekarang. Oleh karenanya, agar bisa mengetahi lebih jelas, kami ingin
memaparkan tentang hal-hal tersebut melelui makalah yang kami buat.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana proses turunnya Al-Qur’an dan apa hikmahnya ?
2.
Bagaimana dalil diturunkannya Al-Qur’an dengan tujuh huruf ?
3.
Apa perbedaan pendapat tentang pengertian tujuh huruf ?
4.
Apa saja hikmah diturunkannya Al-Qur’an dengan tujuh huruf ?
C.
TUJUAN
1.
Megetahui proses turunnya Al-Qur’an serta hikmah-hikmahnya
2.
Mengetahui dalil-dalil diturunkannya Al-Qur’an dengan tujug huruf
3.
Mengetahui perbedaan pendapat tentang pengertian tujuh huruf
4.
Mengetahu hikmah diturunkannya Al-Qur’an dengan tujuh huruf
PEMBAHASAN
A.
TAHAPAN TURUNNYA AL-QUR’AN
Al-Qur’an merupakan kitab yang menjadi sumber
hukum serta pedoman bagi umat islam yang diturunkan oleh Allah SWT. Kepada Nabi
Muhammad SAW. Melalui malaikat Jibril. Al-Qur’an diturunkan dalam tempo 22
tahun 2 bulan 22 hari, yaitu mulai malam 17 Romadlon tahun 41 dari kelahiran
Nabi, sampai 9 Dzulhijjah Haji Wada’ tahun 63 dari kelahiran Nabi atau 10 H.[1]
Al-Qur’an tidak secara langsung diturunkan kepada
Nabi Muhammad namun melalui beberapa tahap. Adapun tahapan turunnya Al-Quran
itu ada tiga, yaitu :[2]
1. Al-Qur’an turun secara sekaligus
dari Allah ke Lauh Mahfudz. Proses pertama ini diisyaratkan dalam Al-Qur’an
surat Al-Buruj ayat 21-22 :
بَلْ هُوَقُرْانٌ
مَجِيْدٌ.فِيْ لَوْحٍ مَحْفُوْظٍ {البروج : ٢١ـ٢٢}
Artinya : “Bahkan yang didustakan mereka ialah
Al-Qur’an yang mulia. Yang tersimpan dalam Lauh Mahfudz”. (QS. Al-Buruuj).
2.
Al-Qur’an diturunkan dari Lauh Al-Mahfudz itu ke Bait- Al-Izzah (Tempat
yang berada di langit dunia). Proses ke dua ini diisyaratkan Allah dalam surat
Al-Qadar ayat 1 :
اِنَّااَنْزَالْنَاهُ
فِيْ لَيْلَةِالْقَدْرِ { القدر : ١}
Artinya
: “Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan.”
(QS. Al-Qadar : 1)
3.
Al-Qur’an diturunkan dari Bait
Al-Izzah kedalam hati Nabi Muhammad SAW. Dengan jalan berangsur-angsur sesuai
dengan kebutuhan. Adakalanya satu ayat, dua ayat, dan bahkan kadang-kadang satu
surat. Mengenai proses turun dalam tahap ketiga diisyaratkan dalam Al-Qur’an
surat As-Syu’ara ayat 193-195 :
نَزَلَ بِهِ
الرُّوْحُ الْاَمِيْنُ. عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُوْنُ مِنَ الْمُنْذِرِيْنَ.
بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِيْنٍ {الشعراء : ١٩٣ـــ١٩٥}
Artinya
: “ Dia dibawa turun oleh ar-ruh al-amin (Jibril), kedalam hatimu (Muhammad)
agar kamu menjadi salah seorang di antara orang yang memberi peringatan, dengan
bahasa Arab yang jelas.” (QS. Al-Syu’ara : 193-195).
Al-Qur’an
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Melalui Malaikat Jibril tidak secara
sekaligus, melainkan turun sesuai dengan kebutuhan. Bahkan sering wahyu turun
untuk menjawab pertanyaan para sahabat yang dilontarkan kepada Nabi atau untuk
membenarkan tindakan Nabi SAW.
B.
HIKMAH
TURUNNYA AL-QUR’AN SECARA BERANGSUR-ANGSUR
Seperti
yang telah dijelaskan di atas bahwa Al-Qur’an diturunkan tidak sekaligus, namun
turun secara berangsur-angsur, dan hal ini memiliki beberapa hikmah kenapa
Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur. Hikmah diturunkannya Al-Qur’an
secara berangsur-angsur yaitu sebagai berikut :[3]
1.
Memantapkan hati Nabi Muhammad
SAW.
Ketika
menyampaikan dakwah, Nabi sering berhadapan dengan para penentang. Turunnya wahyu
yang berangsur-angsur merupakan dorongan tersendiri bagi Nabi untuk terus
melanjutkan dakwah.
2.
Menentang dan melemahkan para
penentang Al-Qur’an.
Nabi sering berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan
yang sulit yang dilontarkan oleh orang-orang musyrik dengan tujuan melemahkan
Nabi. Turunnya wahyu yang berangsur-angsur tidak hanya menjawab pertanyaan itu,
bahkan menentang mereka untuk membuat sesuatu yang serupa dengan Al-Qur’an. Dan
ketika mereka tidak memenuhi tantangan itu, hal itu sekaligus merupakan sala
salah satu mukjizat Al-Qur’an.
3.
Memudahkan untuk dihapal dan dipahami
Al-Qur’an pertama
kali turun di tengah-tengah masyarakat yang ummi, yakni yang tidak memiliki
pengetahuan tentang bacaan dan tulisan. Turunnya Al-Qur’an secar
berangsur-angsur memudahkan mereka untuk memahami dan menghapalnya.
4.
Mengikuti setiap kejadian (yang karenanya ayat-ayat Al-Qur’an turun) dan
melakukan penahapan dalam penetapan syari’at.
5.
Membuktikan dengan pasti bahwa Al-Qur’an turun dari Allah yang Maha
Bijaksana.
C.
DALIL DITURUNKANNYA AL-QUR’AN DENGAN 7 HURUF
Orang Arab mempunyai aneka ragam lahjah yang
timbul dari fitrah mereka dalam suara, dan huruf-huruf sebagaimana di terangkan
secara komprehensip dalam kitab-kitab sastra.[4]
Apabila orang Arab berbeda lahjah dalam pengungkapan sesuatu makna dengan
beberapa perbedaan tertentu, maka Al-Qur’an yang di wahyukan Allah kepada
Rasul-Nya, Muhammad, menyempurnakan makna kemukjizatannya. Karena ia mencakup
semua huruf dan wajah qira’ah pilihan di antara
lahjah-lahjah itu. Dan ini merupakan salah
satu sebab yang memudahkan mereka untuk membaca, menghafal, dan memahaminya.
Nas-nas sunah
cukup banyak mengemukakan hadits mengenai
turunya Al-Qur’an dengan tujuh huruf. Di antaranya:
Dari
Ibnu Abbas, ia berkata:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : أَقْرَأَنِى
جِبْرِيْلُ عَلَى حَرْفٍ فَرَاجَعْتُهُ, فَلَمْ أَزَلْ أَسْتَزِيْدُهُ وَ يَزِيْدُنِى
حَتَّى انْتَهَى اِلَى سَبْعَةِ أَحْرُفٍ.
“Rasulullah
berkata: Jibril
membacakan (Al-Qur’an)
kepadaku dengan satu huruf. Kemudian berulangkali aku mendesak dan meminta agar
huruf itu ditambah, dan ia pun menambahnya kepada ku sampai dengan tujuh
huruf.” (HR. Bukhori Muslim)
Hadits-hadits
yang berkenaan dengan hal itu amat banyak jumlahnya dan sebagian besar telah
diselidiki oleh Ibn Jarir di dalam pengantar tafsir-nya. As-Suyuthi
menyebutkan bahwa hadits-hadits tersebut di riwayatkan dari dua puluh orang
sahabat. Abu ‘Ubaid Al-Qasim bin Salam
menetapkan kemutawatiran hadis mengenai turunnya Al-Qur’an
dengan tujuh huruf.[5]
D.
PERBEDAAN PENDAPAT ULAMA SEPUTAR PENGERTIAN TUJUH HURUF
Para
ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan tujuh huruf ini dengan perbedaan yang
bermacam-macam. Sehingga Ibn Hayyan mengatakan: “Ahli ilmu berbeda pendapat tentang arti kata
tujuh huruf menjadi tiga puluh lima pendapat”.[6]
Namun kebanyakan pendapat itu bertumpang tindih. Di sini kami akan mengemukakan
beberapa pendapat di antaranya yang di anggap paling mendakati kebenaran.[7]
a.
Sebagian
besar ulama berpendapat bahwa yang di maksud dengan tujuh huruf adalah tujuh macam bahasa
dari bahasa-bahasa Arab mengenai satu makna, dengan pengertian jika bahasa mereka berbeda-beda dalam
mengungkapkan satu makna, maka Al-Qur’an pun di turukan dengan sejumlah lafadz sesuai dengan ragam
bahasa tersebut tentang makna yang satu itu. Dan jika tidak terdapat perbedaan,
maka Al-Qur’an
hanya mendatangkan satu lafadz atau lebih saja. Kemudian mereka berbeda
pendapat juga dalam menentukan ketujuh bahasa
tersebut. Di katakan bahwa ketujuh bahasa itu adalah bahasa
quraisy, huzail, saqif, hawazin, kinanah, tamim dan yaman. Menurut Abu Hatim
As-Sijistani, Al-Qur’an di turunkan dalam bahasa Quraisy, Huzail, Tamim, Azad,
Rabi’ah, Hawazin, dan Sa’ad bin Bakar. Dan diriwayatkan
pula pendapat yang lain.
b.
Suatu kaum berpendapat bahwa yang di maksud dengan tujuh huruf adalah tujuh
macam bahasa dari bahasa-bahasa arab dengan makna Al-Qur’an di turunkan, dengan
pengertian bahwa kata-kata dalam Al-Qur’an secara keseluruhan tidak keluar dari
ketujuh macam bahasa tadi, yaitu bahasa paling fasih di kalangan bangsa arab,
meskipun sebagian besarnya bahasa quraisy. Sedang sebagian yang lain dalam
bahasa Huzail, Saqif, Hawazin, Kinanah, Tamim atau Yaman, karana itu maka secara
keseluruhan Al-Qur’an mencakup ketujuh bahasa tersebut. Pendapat ini berbeda
dengan pendapat sebelumnya, karena yang di maksud dengan tujuh huruf dalam
pendapat ini adalah tujuh huruf yang bertebaran di berbagai surah Al-Qur’an,
bukan tujuh bahasa yang berbeda dalam kata tetapi sama dalam makna.
Berkata Abu ‘Ubaid: “Yang di maksud
bukanlah setiap kata boleh di baca dengan tujuh bahasa, tetapi tujuh bahasa
yang bertebaran dalam Al-Qur’an. Sebagiannya bahasa Quraisy, sebagian yang lain
bahasa Huzail, Hawazin, Yaman, dan lain-lain” dan katanya pula: “ Sebagian bahasa-bahasa
itu lebih beruntung karena dominan dalam Al-Qur’an.”
c.
Sebagian ulama meneyebutkan bahwa yang di maksud dengan tujuh huruf adalah
tujuh wajah, yaitu: amr, nahyu, wa’d, wa’id, jadal, qasas, dan masal. Atau amr,
nahyu, halal, haram, muhkam, mutasyabih dan amsal.
d.
Segolongan ulama berpendapat bahwa yang di maksud dengan tujuh huruf adalah
tujuh macam hal yang di dalamnya terjadi ikhtilaf, yaitu:
1.
Ikhtilaful
asma’ ( perbedaan kata benda)
2.
Perbedaan
dalam segi i’rab (harokat akhir kata)
3.
Perbedaan
dalam tasrif,
4.
Perbedaan
dalam taqdim (mendhulukan) dan ta’khir (mengakhirkan)
5.
Perbedaan
dalam segi ibdal (penggantian)
6.
Perbedaan
karena ada penambahan dan pengurangan
7.
Perbedaan
lahjah.
e.
Sebagian
ulama ada yang berpendapat bahwa bilangan tujuh itu tidak di artikan secara
harfiah, tetapi bilangan tersebut hanya sebagai lambang kesempurnaan menurut
kebiasaan orang Arab. Dengan demikian, maka kata tujuh adalah isyarat bahwa bahasa
dan susunan Al-Qur’an merupakan batas dan sumber utama bagi perkataan semua
orang arab yang telah mencapai puncak kesempurnaan tertinggi. Sebab, lafadz
sab’ah dipergunakan pula untuk menunjukan jumlah banyak dan sempurna dalam
bilangan satuan, seperti “tujuh puluh” dalam bilangan puluhan, dan “tujuh
ratus” dalam ratusan. Tetapi kata-kata itu tidak di maksudkan untuk menunjukan
bilangan tertentu.
f.
Segolongan
ulama berpendapat bahwa yang di maksud dengan tujuh huruf tersebut adalah qiraat tujuh.
Tarjih dan
Analisis
Pendapat terkuat dari semua pendapat
tersebut adalah pendapat pertama, yaitu bahwa yang di maksud dengan tujuh huruf
adalah tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa arab dalam mengungkapkan satu
makna yang sama. Misalnya: aqbil, ta’ala, hulumma, ‘ajal dan asra’.
Lafadz-lafadz yang berbeda ini digunakan untuk menunjukan satu makna yaitu perintah
untuk menghadap. Pendapat ini di pilih oleh Sufyan bin ‘Uyainah, ibn Jarir, ibn Wahb dan lainya. Ibn ‘Abdil Bar menisbatkan pendapat
ini kepada sebagian besar ulama dan dalil bagi pendapat ini ialah apa yang
terdapat dalam hadits abu bakrah berikut :
“ Jibril mengatakan: “Wahai Muhammad, bacalah Al-Qur’an dengan satu
huruf, lalu Mikail mengatakan: tambahkanlah. Jibril berkata lagi: dengan dua
huruf! Jibril terus menambahnya hingga sampai dengan enam atau tujuh huruf.
Lalu ia berkata: semua itu obat penawar yang memadai, selama ayat azab tidak di
tutup dengan ayat rahmat, dan ayat rahmat tidak di tutup dengan ayat madzhab.
Seperti kata-kata: hulumma, ta’ala, aqbil, izhab, asra’ dan ‘ajal”
E. HIKMAH DARI TURUNNYA AL-QUR’AN DENGAN TUJUH HURUF
Hikmah yang dapat diambil dengan kejadian turunnya Al-Qur’an dengan tujuh
huruf adalah sebagai berikut:[8]
1. Untuk memudahkan bacaan dan hafalan bagi bangsa yang ummi, tidak bisa
baca tulis, yang setiap kabilahnya mempunyai dialek masing-masing, namun belum
terbiasa menghafal syari’at, apa lagi mentradisikannya.
2. Bukti kemukjizatan Qur’an bagi naluri atau watak dasar kebahasan orang arab. Qur’an mempunyai banyak pola susunan bunyi yang sebanding dengan segala macam cabang dialek bahasa yang telah menjadi naluri bahasa orang-orang arab, sehingga setiap orang arab dapat mengalunkan huruf-huruf dan kata-katanya sesuai dengan irama yang telah menjadi watak dasar mereka dan lahjah kaumnya, dengan tetap keberadaan Qur’an sebagai mukjizat yang ditantangkan Rasulullah kepada mereka. Dan mereka tidak mampu menghadapi tantangan tersebut. Sekalipun demikian, kemukjizatan itu bukan terhadap bahasa melainkan terhadap naluri kebahasaan mereka itu sendiri.
2. Bukti kemukjizatan Qur’an bagi naluri atau watak dasar kebahasan orang arab. Qur’an mempunyai banyak pola susunan bunyi yang sebanding dengan segala macam cabang dialek bahasa yang telah menjadi naluri bahasa orang-orang arab, sehingga setiap orang arab dapat mengalunkan huruf-huruf dan kata-katanya sesuai dengan irama yang telah menjadi watak dasar mereka dan lahjah kaumnya, dengan tetap keberadaan Qur’an sebagai mukjizat yang ditantangkan Rasulullah kepada mereka. Dan mereka tidak mampu menghadapi tantangan tersebut. Sekalipun demikian, kemukjizatan itu bukan terhadap bahasa melainkan terhadap naluri kebahasaan mereka itu sendiri.
3. Kemukjizatan Qur’an dalam aspek makna dan hukum-hukumnya. Sebab
perubahan-perubahan bentuk lafadz pada sebagian huruf dan kata-kata memberikan
peluang luas untuk dapat disimpulkan dari padanya berbagai hukum. Hal inilah
yang menyebabkan Qur’an relevan untuk setiap masa. Oleh karena itu, para fuqaha
dalam istinbat (penyimpulan hukum) dan ijtihad berhujjah dengan qiraat bagi
ketujuh huruf ini.
PENUTUP
KESIMPULAN
Kesimpulannya bahwa
Al-Qur’an itu diturunkan secara berangsur-angsur. Hal yang demikian disebabkan
oleh beberapa faktor yang nantinya akan mempermudah Nabi untuk menerimanya
serta membuktikan bahwa Al-Qur’an itu benar-benar kitab yang diturunkan oleh
Allah SWT. Dzat yang Maha bijaksana sehingga Al-Qur’an turun sesuai dengan
tujuan dan fungsinya.
Di atas juaga pada intinya
menjelaskan bahwa sesuai dengan masing-masing pendapat para ulama, Al-Qur’an itu
diturunkan atas tujuh huruf. Dan hal tersebut mempunyai dalil-dalil tersendiri
serta mempunyai beberapa hikmah yang terkandung di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hudlari Bik, Tarikh Al-Tasyri’ Al-Islami,
Terj. Mohammad Zuhri, Rajamurah Al-Qona’ah, 1980
Rosihon Anwar, Ulum Al-Qur’an, CV
Pustaka Setia, 2010
Al-Itqan, Jilid 1
Manna Khalil Al-Qattan, Studi
Ilmu-Ilmu Qur’an, Pustaka Litera Antar Nusa, 2013
[1] Hudlari Bik, Tarikh
Al-Tasyri’ Al-Islami, Terj. Mohammad Zuhri, Rajamurah Al-Qona’ah, 1980, hlm.5-6
0 komentar:
Posting Komentar