Selasa, 12 Januari 2016

MERENUNG TUK MEMBANGUN DIRI


           Takku sadari, nampaknya diriku ini sudah tertidur begitu lama, seperti bayi yang tertidur pulas di pangkuan ibundanya. Seringkali ada yang berusaha mencoba tuk membangunkanpun takku hiraukan. Mungkin karena diriku ini sudah ternina bobo oleh sang teman yang terus mengajakku bercumbu dalam kefanaan. Itulah yang membuat diriku sampai saat ini belum saja berkembang.

Hey....bangunlah..! lihat orang-orang di sana..! mereka sudah banyak yang hampir mencapai garis finish. Ayo bangunlah!. Jangan sampai kau seperti bunga yang tak kunjung mekar di saat musim hujan datang. Hidupmu Cuma sekali di dunia, itupun masih menjadi misteri yang tak mungkin bisa kau tebak kapan kau mengakhirinya. Bangun dan bangkitlah dari tempat tidurmu. Masih ada kesempatan selama nafas masih menyertaimu. Benahi niat, Bismillaah, Lillaah.

Sabtu, 02 Januari 2016

PROFIL MATAN

PROFIL MATAN

MATAN (Mahasiswa Ahlith Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah) merupakan lajnah mandiri dari JATMAN (Jam’iyyah Ahlit Ath-Thari:qah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah) digagas sejak tanggal 10 Oktober 2009 M/20 Syawwal 1430 H di Pekalongan dan baru dikukuhkan secara resmi pada oleh JATMAN pada muktamar XI JATMAN di Kabupaten Malang pada tanggal 10-14 Januari 2012 M/ 16-20 Shafar 1433 H. Sedangkan di Cirebon di deklarasikan dan dikukuhkan pada 26 April 2014 di kampus UNU Cirebon.
Gagasan untuk mendirikan MATAN ini muncul dari rasa prihatin atas kondisi sebagian besar mahasiswa di era sekarang ini yang dipandang kurang memiliki keseimbangan antara kemampuan intelektual mahasiswa dan spiritual mahasiswa, karena lebih mengutamakan pengasahan sisi intelektualnya, sementara sisi spiritualnya terabaikan. Sehingga banyak mahasiswa yang terjebak pada rasionalisme, pragmatisme, dan hedonisme. Selain itu, derasnya arus masuk gerakan-gerakan atau aliran-aliran keagamaan transnasional seperti wahabisme dan Hizbu At-Tahrir Indonesia (HTI) yang selalu berusaha untuk menghapus keberagaman keberagamaan di Indonesia dengan menghalalkan segala cara dan merongrong keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, semakin membuat kompleks problematika di wilayah spiritualitas mahasiswa karena nyatanya banyak mahasiswa yang belum banyak mengerti tentang Islam dan ingin belajar tentang Islam namun terjebak masuk ke dalam wahabisme dan Hizbu At-Tahrir Indonesia (HTI) dan ketika pulang malah menuduh keluarganya syirik, kafir, dan lain-lain.

Oleh karena itu, MATAN Cirebon dalam gerakannya berusaha melaksanakan gerakan-gerakan yang bersifat pengenalan akan ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin sesuai dengan ajaran para salaf shalih ahli tasawwuf, dan tentu saja kegiatan-kegiatan pengenalan thariqah dan tasawwuf di kalangan generasi muda, serta menepis anggapan bahwa thariqah dan tasawwuf itu hanya untuk orang yang berumur di atas 40 tahun, dan thariqah dan tasawwuf itu penyebab kemunduran dan kejumudan ummat. MATAN Cirebon ingin membuktikan bahwa ahlith thariqah dan ahli tasawwuf itu tidak sekedar duduk sambil memutar tasbih, tapi juga bisa berfikir dan bertindak progresif. Maka tak heran jika MATAN Cirebon, selain aktif mengaji kitab tasawwuf setiap Hari Rabu Sore dan Jumat Kliwon, juga telah melaksanakan kegiatan-kegiatan yang mencerminkan Islam Rahmatan lil ‘Alamin dan peka zaman, seperti ikut serta dalam penanaman mangrove di pantai Losari Cirebon, peringatan hari pahlawan, pelaksanaan mawlid kebangsaan bersama Habib Luthfi bin Yahya, dan lain-lain.

MENGENALI DAN MEMPERBAIKI DIRI UNTUK MEMBANGUN NEGERI

MENGENALI DAN MEMPERBAIKI DIRI UNTUK MEMBANGUN NEGERI

Keberadaan Negara Indonesia tercinta tidak bisa dilepaskan dari peran aktif pemuda, khususnya mahasiswa dan pelajar. Sejarah mencatat, perlawanan-perlawanan yang terjadi di banyak daerah dilakukan oleh pemuda dengan sokongan generasi tua. Sejarah juga mencatat bahwa kebangkitan nasional di awal abad 20 menjelang kemerdekaan Negara ini bermula dari organisasi-organisasi yang keberadaan dan gerakannya dimotori oleh kaum muda terpelajar, sebut saja Soekarno muda, dr. wahidin muda, Wahab Chasbullah muda, Wahid Hasyim muda (Ayah dari almarhum Gusdur), dan lain-lain.
Sumpah Pemuda yang dilaksanakan pada 28 Oktober 1928 yang merupakan awal tumbuh kembangnya kesadaran persatuan Indonesia dilaksanakan dan dimotori oleh generasi muda. Bahkan dalam sejarah perjalanan Negara ini juga pernah berdiri Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) yang anggotanya dari kalangan pelajar.
Pasca kemerdekaan dan berakhirnya perang fisik, tentu perjuangan para pemuda (mahasiswa dan pelajar) belum selesai. Masih ada tugas dan perjuangan untuk mengisi kemerdekaan, dan tentu saja buka perjuangan fisik mengangkat senjata seperti masa pra kemerdekaan dan masa mempertahankan kemerdekaan.
Pertanyaannya adalah, apakah jargon cinta tanah air dan mengisi kemerdekaan masih relevan di era globalisasi seperti sekarang ini? Kalau iya masih relevan, bagaimanakah caranya? Bagaimanakah memulainya? Apakah dengan mengikuti program wajib militer dan bela Negara?
Cinta tanah air merupakan hal yang masih relevan meskipun di era globalisasi ini, dunia seakan tiada batas. Cinta tanah air mengajari kita agar sebagai manusia dan bangsa, kita tidak tercerabut dari akar, dan mempunyai jati diri. Bahkan, Negara-negara yang dikatakan maju pun, warganya memiliki kebanggaan dan kecintaan terhadap Bangsa dan Negaranya.
Warga Negara dari Negara yang dikatakan Negara maju mempunyai rasa cinta tanah air yang tidak kecil. Artinya, globalisasi tidak mengurangi atau menghilangkan cinta tanah air. Malahan, dengan memiliki cinta tanah air, kita akan menunjukkan kekhasan kita sebagai warga Negara Indonesia, dan menjadi manusia Indonesia yang tidak mudah diombang-ambing oleh ketidak pastian akibat globalisasi.
Cinta tanah air bisa ditanamkan dan ditumbuhkan dengan berbagai macam cara, program wajib militer dan bela Negara merupakan salah satu cara yang tidak menafikan cara-cara lainnya. Bahkan Habib Muhammad Luthfi menggunakan media peringatan maulid Nabi Muhammad Saw sebagai cara penanaman cinta tanah air, yang mana wujud nyata aplikasi atas cinta tanah air ini adalah disesuaikan dengan konteks dan kemampuan masing-masing. Semisal, dengan membeli produk dalam Negeri, melakukan hal yang positif dalam bidang pendidikan, dan sosial budaya, dan lain-lain.
Akan Tetapi, kecintaan terhadap tanah air dengan berbagai macam aplikasi nyatanya jangan sampai menafikan pentingnya mengenali diri dan memperbaiki diri. Tentu saja dua hal tersebut harus berjalan bersama. Karena jika menunggu diri sendiri baik dan sempurna baru melaksanakan hal-hal yang bermanfaat, maka sampai mati pun kita hanya akan berdiam diri.
Memperbaiki diri sendiri tentu berawal dari mengenali diri sendiri. Ibarat seorang dokter tidak akan member resep obat pada pasiennya sebelum mengnali penyakit yang diderita pasien. Tetapi pertanyaannya adalah, bagaimana cara kita bisa mengenali diri kita sendiri?
Tentu banyak cara untuk mengenali diri, dan diantara caranya ialah terus berproses dan belajar, serta yang tak kalah penting ialah berkontemplasi untuk merenungi keadaan diri sendiri agar sadar siapa dirinya dan untuk apa dirinya hidup. Sehingga kesadaran yang lahir dari laku kontemplasi itu melahirkan lelaku yang manusiawi, yaitu lelaku yang sesuai dengan tugas manusia sebagai hamba Tuhan dan khalifah Tuhan di Bumi.
Selain itu, sebagaimana walisanga dahulu yang sudah tuntas dengan dirinya dan sadar sebagai hamba Tuhan dan khalifah Tuhan, walisanga pun ketika berjuang tidak melupakan sisi penting dalam perjuangan, yaitu sisi ekonomi. Patut dicatat, bahwa ketika berjuang para walisanga dan penerus beliau tidak sekedar menggelar pengajian, tetapi juga bertani dan berdagang untuk memperkuat ekonomi beliau-beliau, sehingga beliau-beliau dalam berjuang tidak mengandalkan dan mengharapkan pemberian orang lain. Kemandirian dan kekuatan ekonomi benar-benar walisanga bangun dan kuatkan.

Hal tersebut tentu masih relevan untuk kita contoh di masa kini, yaitu kita dalam berjuang untuk kemanfaatan dan kemaslahatan bagi masyarakat dan Negara Indonesia tidak mengharapkan dan mengandalkan pemberian orang lain atau proposal, tetapi ekonomi kita kuat dan mandiri, malah kita yang memberi orang lain yang membutuhkan, dan dalam berjuang pun kita tidak selalu terbentur masalah pendanaan. 

TIGA GOLONGAN PEMUDA ISLAM DALAM LIBURAN SEKOLAH/ KULIAH

TIGA GOLONGAN PEMUDA ISLAM DALAM LIBURAN SEKOLAH/ KULIAH

            Aidh al-Qarni dalam bukunya Siyath al-Qulub menjelaskan bahwa pemuda Islam ketika liburan itu ada tiga macam golongan, yaitu:

1.    Golongan pemuda yang menganiaya dirinya sendiri
Golongan ini yaitu golongan yang menganggap bahwa liburan itu seperti nyanyi, dansa, main-main, hiburan, makan, minum, tidur, pergi, dan pulang. Mereka adalah golongan pemuda yang mengisi waktu liburannya dengan melampiaskan hawa nafsunya tanpa ingat apa yang harus dilakukan untuk Tuhannya. Yang difikirkan hanyalah senang-senang, berpesta pora dan menghambur-hamburkan uang. Mereka tidak sadar bahwa apa yang diperbuat selama di dunia, kelak akan di mintai pertanggungjawaban oleh Tuhannya.

2.    Golongan pemuda yang bersikap pertengahan
Berbeda dengan golongan yang pertama, karena golongan yang bersikap pertengahan ini tidak mengisi waktu liburannya untuk durhaka kepada Allah. Bahkan mereka memanfaatkan waktu liburannya untuk melakukan hal-hal yang diperbolehkan seraya menuaikan hal-hal yang diwajibkan serta menjauhi hal-hal yang diharamkan. Jika ada waktu luang mereka lebih memilih tidur-tiduran ataupun menyibukkan dirinya dengan jalan-jalan atau piknik ketempat rekreasi tanpa meninggalkan kewajiban-kewajiban terhadap Tuhannya.

3.    Golongan pemuda yang mempelopori kebaikan
Mereka adalah pemuda Islam yang mempelopori kebaikan. Mereka pemuda Islam yang berpegang teguh terhadap al-Qur’an dan sunnah Rasul yang telah diajarkan. Selama liburan mereka mengisi waktunya dengan melakukan hal-hal yang positif lagi bermanfaat. Mereka adalah pemuda yang mengetahui arti kehidupan dan mengetahui bahwa kelak mereka akan berdiri di hadapan Tuhan untuk dimintai pertanggungjawaban atas perilakunya yang sudah dilakukan selama hidupnya di dunia. Oleh karenanya meskipun liburan, mereka tetap mengisi waktunya untuk melakukan kewajiban-kewajibannya sebagai seorang hamba terhadap Tuhannya, dan melakukan lebih rajin atas aktifitas-aktifitas sunnahnya demi mendapatkan kesuksesan baik dunia maupupun akhirat.

Dari tiga golongan tersebut, kira-kira kalian termasuk dalam golongan yang mana???